Jumat, April 19, 2024
Beranda Sample Page

Sample Page Title

KONTRASTIMES.COM – BANYUWANGI, Keberkahan rezeki halal bukanlah sesuatu yang sulit, tetapi juga bukan perkara mudah bagi yang tidak bisa menjalankannya. Harta yang diperoleh dengan cara yang baik dan halal bukan berarti sudah berkah, karena harta yang halal belum tentu berkah.

Berkah artinya segala sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan atau menambah kebaikan. Lalu bagaimana kita tahu harta yang dimiliki itu mendapat keberkahan dari Allah atau tidak? Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana tanda jika harta yang kita miliki itu terdapat keberkahan.

Sahabat shalihin, kita sering mendengar kalimat “sedikit yang penting berkah” itu artinya sedikit harta yang didapatkan, namun karena keberkahannya dapat mencukupi kebutuhan. Seperti halnya dalam makanan, jika makanan yang sedikit tersebut terdapat keberkahan Allah, maka akan cukup untuk banyak orang.

Artinya satu piring atau sebungkus makanan yang hanya untuk satu orang, tapi bisa untuk dua atau tiga orang tanpa rasa kekurangan, justru tetap merasa kenyang. Sedikit tapi mengenyangkan, begitulah yang kerap disebutkan.

Harta yang berkah tentu harta yang diridhoi oleh Allah, tak perlu banyak, sedikit tetapi berkah jauh lebih baik daripada banyak tapi tidak berkah. Allah SWT berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS Huud: 6)

Bagi manusia, bekerja menjadi salah satu cara untuk mendapatkan rezeki berupa penghasilan. Rezeki manusia dalam jaminan Allah SWT.

Sebaik-baik rezeki adalah yang mengandung nilai keberkahan. Maka, jangan hanya mengejar banyaknya rezeki, tetapi kejar berkahnya rezeki.
Bukan banyaknya rezeki yang membuat cukup. Kecukupan berkait soal keberkahan. Ketika rezeki berkah, banyak atau sedikit menjadi lapang. Tetapi, ketika berkah hilang, banyak atau sedikit bisa berujung pada kesempitan hidup.

Baca Juga:   Bupati Ipuk Kembali Ingatkan Camat dan Kades se-Banyuwangi untuk Fasilitasi Pasar Takjil Ramadan

Rasulullah SAW bersabda:
اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ،
“Ya Allah, jadikanlah aku merasa cukup dengan apa yang Engkau rezekikan, berikanlah berkah di dalamnya.” (HR Al-Hakim).

Baca Juga:   Hadiri Perayaan Natal Masyarakat Biak Numfor, Wapres Ajak umat Kristiani Rawat Kerukunan dan Toleransi

Menurut Alma Andini Sulistyaningsih (Aktifis Dakwah Islam Indonesia) bahwa Ada dua tipe manusia yang memiliki sudut pandang berbeda tentang rezeki. Pertama, ada manusia yang berpandangan bahwa rezeki mereka murni sebagai hasil kerja keras dan usaha mereka sendiri. Penghasilan yang mereka terima adalah buah dari kompetensi mereka. Semakin kompeten, semakin besar penghasilannya.

Manusia yang menihilkan Allah SWT sebagai pemberi rezeki membuat hatinya mudah khawatir kehilangan rezeki. Hatinya tak pernah tenang karena tak terpaut dengan Allah SWT. Niat bekerja bukan karena Allah SWT. Saat bekerja, semua cara dihalalkan demi memaksakan diri untuk mendapatkan rezeki yang berlebihan.

Kedua, ada manusia yang berpandangan bahwa rezeki itu adalah titipan Allah SWT. Niat bekerja karena Allah SWT. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT,
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ…
Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukup kan (keperluannya).” (QS at Thalaq: 2-3)

Sehingga harusnya dorongan manusia untuk memperoleh hartanya dengan cara yang halal dan mengandung ridhoNya. Supaya keberkahan senantiasa didapatkan dan tak lupa untuk mensyukuri banyak sedikitnya apa-apa yang didapatkan. Berlebih-lebihan dalam harta pun tak akan baik, sebab dapat menjerumuskan pada sifat ketamakan yang berujung pada kehancuran.

Dengan demikian, Allah SWT harus menjadi standar perbuatan manusia dan melakukan aktivitas apapun berdasarkan syariat Nya. Dengan begitu, maka bisa meminimalkan adanya keserakahan, kerusakan dan sebagainya. Wallahu’alam bisshowab. (Jir)

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Berita Terbaru

Adblock Detected!

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.