Kamis, April 25, 2024
Beranda Sample Page

Sample Page Title

KONTRASTIMES.COM- ARTIKEL | Dalam dunia islam, terdapat dua sumber hukum yang menjadi pedooman hidup manusia yaitu al-quran dan hadis. Al-quran menjadi sumber hukum pertama dalam mengambil hukum atau suatu pedoman, kebenaran al-quran merupakan kebenaran yang absolut.

Kemudian sumber hukum dan pedoman selanjutnya adalah hadis, selain sebagai sumber hukum, hadis juga berfungsi sebagai pedoman hidup karena juga berisi tentang bagaimana pola hidup Rasulullah SAW.

Hadis dibagi menjadi empat tingkatan yaitu; hadis shahih, hadis hasan, hadis dhaif, dan hadis maudu’.

Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, kemudian diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit hingga akhir sanadnya, dan tidak ada syadz maupun illat.

Hadis hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil , kemudian tingkatan kedhabitanya dibawah hadis shahih, kemudian sanadnya bersambung, dan tidak mengandung syadz maupun illat.

Hadis dhaif adalah hadis yang tidak memenuhi persyaratan hadis shahih maupun hadis shahih, biasanya yang menyebabkan hadis tersebut dhaif dikarenakan perawinya yang hafalanya bermasalah ataupun bisa dari silsilah sanadnya yang terputus.

Hadis maudhu’ atau yang biasa disebut hadis palsu sebenarnya pernyataan atau isi dari hadis tersebut bukan dari Rasulullah, melainkan hadis yang dibuat-buat oleh seseorang yang menisbahkannya kepada Rasulullah.

Dalam kehidupan sehari-hari hadis sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita, dari hal terkecil sampe hal besarpun terdapat dalam hadis.

Salah satu contoh kecilnya adalah minum, ada salah satu hadis nabi yang menganjurkan kita untuk tidak minum sambal berdiri, melainkan dengan duduk.

Ternyata setelah diteliti, minum dengan posisi berdiri akan menyebabkan nyeri sendi bahkan bisa menggangu keseimbangan cairan dalam tubuh.

Rasulullah mengajari kita bagaimana hidup dengan sehat, bahkan hal sesimpel minumpun sangat diperhatikan dalam islam, untuk bisa memilah dan memilih hadis yang shahih atau maudhu’ maka kita harus bisa memahami bagaimana hadis shahih dan hadis maudhu’.

Mengapa kita perlu memahami hadis? Karena di zaman sekarang ini informasi atau berita bisa dengan sangat cepat tersebar.

Maka dari itu kita harus belajar memahami suatu hadis agar terhindar dari berita atau hadis yang dhaif bahkan maudhu’, dan juga agar kita tidak mudah menyebarkan hadis yang bahkan kita belum tau apakah hadis itu shahih, dhaif atau bahkan maudhu’.

Didalam mempelajari atau meneliti suatu hadis, hal yang pertama kali kita harus lakukan adalah mengecek dari sanadnya, kita harus mengecek satu persatu rawi yang ada dalam hadis tersebut.

Baca Juga:   Peran Nahdlatul Ulama dalam Menjaga dan Moderasi Beragama di Indonesia

Apakah perawi itu dhabit atau tidak, kemudian sanadnya tersambung atau tidak, kemudian kita harus meneliti matanya.

Baca Juga:   Peran Ekonomi Kreatif Dalam Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi

Semua itu bisa dibilang takhrij hadis, takhrij hadis adalah penelusuran letak hadis pada kitab kitab primer, tujuan dari takhrij hadis adalah untuk mengetahui keberadaan suatu hadis pada kitab kitab primer. Ada dua objek dalam takhrij hadis yaitu penelitian matan dan sanad.

Zaman sekarang sudah sangat maju dan sangat canggih, dulu untuk mencari satu hadis saja para ulama hadis membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan menempuh perjalanan yang sangat amat jauh.

Karena sekarang perkembangan zaman sudah sangat maju, hadis dapat diakses dengan sangat mudah bahkan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencari sebuah hadis.

Karena kemudahan ini orang orang jadi malas untuk mengecek apakah hadis tersebut shahih atau tidak, yang imbasnya adalah kita bisa saja mengshare hadis dhaif bahkan maudhu’.

Maka dengan adanya permasalahan tersebut, zaman yang telah berubah menjadi zaman jahanam yang penuh fitnah ini, kita harus mewaspadai adanya berbagai macam hadis dhaif yang tentunya menyesatkan orang awam.

Dengan semakin canggihnya teknologi harusnya kita bisa memanfaatkan yang ada, dengan mencari berbagai hadis untuk kita sebarkan ke orang lain yang tergolong awam.

Dengan adanya teknologi yang semakin canggih ini telah memudahkan seorang untuk mempelajari berbagai hadis, seperti dengan mencari hadis yang shahih untuk dipelajari maupun diperdalami. Selain itu, kita juga bisa menopang hadis ini dengan apa yang ada di Al-quran.

Karena seperti apa yang saya pelajari selama ini adanya hadis digunakan untuk menopang adanya ayat-ayat Al-quran.

Adanya hadis ini untuk membenarkan jika pengertian dari ayat Al-quran kurang jelas atau tidak dapat dipahami.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa zaman yang semakin canggih ini membuat hadis semakin terbelakang, hadis pada saat ini juga telah banyak dipermainkan.

Dengan itu, adanya permasalahan ini kita sebagai pembelajar ilmu hadis diharuskan menyebarkan kebenaran yang ada pada hadis.

Dengan banyaknya yang mempermainkan hadis, kita juga diwajibkan untuk berpegang teguh dalam memegang hadis, dan mengamalkan yang ada dalam hadis.

Sehingga setidaknya kita bisa merubah sedikit demi sedikit permasalahan yang ada pada saat ini dan merubah pemikiran masyarakat awam yang belum mengetahui hadis.

Baca Juga:   SEKAR KEDATON GIRI: Mengulas Dokumen Riset Jejak Sejarah Kanjeng Sunan Giri

Sebelum wafatnya Rasulullah SAW. Beliau mengatakan bahwa beliau memikirkan kaumnya disuatu saat hari nanti.

Dengan mengatakan “Ummatku, ummatku, ummatku” yang berarti Rasulullah sangat khawatir dengan umatnya suatu saat nanti. Pada akhirnya , apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW. terjadi pada saat ini.

Zaman yang semakin berubah, dan hadis nabi semakin terlupakan, dengan itu sangat miris jika melihat keadaan pada saat ini.

Untuk itu kita sebagai pelajar atau pendakwah sebisa mungkin menyebarkan hadis Rasulullah yang shahih se shahihnya. Mengingat pada zaman ini hadis semakin terlupakan, sehingga tugas kita menyebar luaskan hadis nabi dan akhirnya mengalami sedikit perubahan.

Baca Juga:   Anda Suka Kucing? Cara ini Membuat Kucing Anda Berhenti Berburu

Fenomena terbaru adalah living hadis, living hadis mempunyai tiga model yaitu tradisi tulisan tradisi lisan dan tradisi praktik. Tradisi tulis menulis sangat penting dalam perkembangan living hadis.

Tulis menulis tidak hanya sebatas sebagai bentuk ungkapan yang sering terpampang dalam tempat tempat yang strategis seperti masjid, pesantren dan lain lain.

Kemudian model living hadis selanjutnya adalah tradisi lisan, tradisi living hadis sebenarnya muncul seiring degan praktik yang dijalankan umat islam. Seperti bacaan dalam melaksanakan salat shubuh dan jumat.

Model living hadis yang terakhir adalah tradisi praktik ini banyak dilakukan umat islam. Salah satu contoh adalah masalah waktu salat di Lombok. Padahal dalam hadis nabi Muhammad SAW contoh yang dilakukan adalah salat lima waktu.

Contoh tersebut merupakan praktik yang dilakukan oleh masyarakat maka masuk dalam model living hadis praktik.

Maka pada akhir opini ini, dapat disimpulkan bahwa hadis benar-benar harus diperjuangkan keshahihannya pada saat ini. Karena selain Al-quran, hadis juga sebagai pedoman orang islam untuk menguatkan keimanannya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hadis terdapat berbagai macam hadis, dan hadis dhoif yang perlu kita waspadai.

Mengingat pada saat ini terdapat begitu banyak kemudhorotan seperti berita hoax dimana-mana, dan tidak menutup kemungkinan akan hadir hadis-hadis dhoif lainnya yang tentunya perlu kita waspadai dan kita teliti sebaik-baiknya.

Dan terakhir, yang paling terpenting dari yang penting. Semoga tulisan ini bisa menyadarkan kita akan pentingnya hadis pada kehidupan saat ini.

Penulis: Muhammad Firdaus Al kholidy mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim malang.

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Berita Terbaru

Adblock Detected!

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.