Jumat, September 22, 2023
Beranda Sample Page

Sample Page Title

KONTRASTIMES.COM-
Perjuangan Jenderal Besar Soedirman atau Pak Dirman dalam memimpin para pejuang bergerilya melawan Belanda tentunya tidak bisa dilepaskan dari jasa para pemikul tandunya.

Karena memang saat itu Pak Dirman dalam kondisi sakit paru-paru akut yang membuatnya harus ditandu keluar masuk hutan.

Dan, diantara para pengikut setia yang bertugas sebagai pemikul tandu Pak Dirman tersebutlah seorang pria bernama Djuwari, yang saat ini jasa-jasanya seakan terlupakan dari sejarah bangsa Indonesia.

Saat meletus perang kemerdekaan melawan Belanda pada 1948, saat itu Djuwari adalah sosok pemuda berusia 21 tahun dan ikut bersama Pak Dirman memanggul tandunya.

Namun kini, Djuwari yang tinggal di Dusun Goliman, kabupaten Kediri, Jawa Timur itu hidup dengan serba keterbatasan secara ekonomi bahkan kondisi rumah kediamannya juga sangat memprihatinkan.Djuwari menghabiskan masa tuanya dengan tinggal didalam rumah yang masih berlantaikan tanah.

Hanya saja, walaupun dengan semua keterbatasan, ketika Djuwari ditanya dan diminta bercerita saat dirinya memanggul tandu Sang Panglima Besar yang dia panggil dengan Pak Dirman, pancaran semangat dan rasa bangga tampak terpancar dari kedua mata rentanya.

Djuwari bercerita jika perjalanannya mengantar gerilya Pak Dirman bermula ketika pada suatu pagi, dirinya dengan tiga temannya yang bernama, Karso, Warto, dan Joyodari menuju Dusun Magersari, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabubaten Ngajuk, Jawa Timur.

Namun rute yang ditempuhnya tidaklah mudah, ia harus melewati medan berbukit-bukit dan hutan yang lebat.
Dalam perjalanan itu, Panglima Soedirman dikawal oleh Tjokro Pranolo, Supardjo Rustam, Suwondo, dan Heru Tjokro bersama pasukan bersenjata lainnya.

Djuwari mengaku sangat bahagia karena dalam perjalanannya ditemani oleh ketiga temannya, dan mendapatkan hadiah pula dari sang Jenderal, yakni sebuah kain panjang.

Walau hanya seorang pemandu, Djuwari mengaku senang ikut berjuang demi kemerdekaan. Semua dilakukannya dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan sedikitpun. Dari empat warga Dusun Goliman yang pernah memanggul tandu Panglima Besar, hanya Djuwari seorang yang masih hidup. (sumber: mamujupos.com). (SHT).

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Berita Terbaru

Adblock Detected!

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.