Sabtu, April 20, 2024
Beranda Sample Page

Sample Page Title

KontrasTIMES.COM | Artikel- Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Dapat diartikan juga dengan menahan diri atau sabar. Selain itu, toleransi juga bisa diartikan dengan bersikap lapang dada terhadap orang yang memiliki pendapat yang berbeda.

Sedangkan secara istilah, toleransi artinya menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, kepercayaan, pandangan terhadap sesama manusia yang pada dasarnya bertentangan dengan diri sendiri. Toleransi bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Terutama dalam beraktivitas dan dan berinteraksi sesama manusia.
Hidup di negara yang terdiri dari berbagai agama, budaya, suku, ras, pendapat dan prinsip bukanlah hal yang mudah.

Sering dikatakan bahwa konflik mudah berkobar dan hanya kadang-kadang meningkat jika tidak segera ditemukan penyelesaiannya. Konflik seringkali muncul dari rasa keterpisahan satu sama lain.

Terlebih lagi ketika ada orang yang seolah-olah menggunakan dinamika ini sebagai alat untuk mengguncang dan untuk keuntungan pribadi.

Namun, negara dari berbagai resiko itu dipersatukan dan dikokohkan dengan adanya landasan pemerintahan yang bernama Pancasila, serta dilengkapi dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda, tetapi tetap satu) yang mengakar di hati rakyat.

Toleransi itu penting di Indonesia. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia memiliki banyak suku, ras dan agama. Perbedaan tersebut tentunya menambah karakter setiap individu di negeri tercinta ini.

Namun perbedaan tersebut tidak menjadi halangan untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Negara yang dianugerahi keberagaman, kekayaan alam, keindahan budaya, jejeran pulau yang terbentang dari ujung ke ujung (Sabang sampai Merauke), dan terpisahkan lautan yang begitu luas itu bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia dengan segala keragamannya yang kompleks telah teruji oleh waktu sejak proklamasi kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, meski kerap dibayangi konflik internal.

Namun konflik-konflik yang muncul dapat diredakan dengan adanya sejarah dan rasa yang sama, yaitu rasa sakit akibat penjajahan yang berkepanjangan oleh bangsa asing, sehingga diperlukan rasa persatuan dan kesatuan untuk melawan segala perbedaan.

Kebhinekaan juga mendorong lahirnya jiwa-jiwa toleran dalam diri bangsa Indonesia dan diharapkan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, toleransi yang masih dipupuk dapat dijadikan alat pemadam api yang tersulut oleh konflik.

Baca Juga:   Peran Nahdlatul Ulama dalam Menjaga dan Moderasi Beragama di Indonesia
Baca Juga:   Kunci Hidup Lebih Baik Versi The Last Lecture

Dari segi agama, banyak komunitas agama di Indonesia yang memiliki tempat ibadah yang berdekatan. Misalnya, masjid yang menjadi tempat ibadah umat Islam seringkali terletak di dekat gereja yang menjadi tempat ibadah umat Kristiani.

Hal ini terjadi dengan lancar karena setiap komunitas memiliki semangat toleransi dan selama tidak ada yang mencoba memecah belah, itu berjalan dengan baik.

Padahal, toleransi yang muncul antar umat beragama dapat menjadikan kehidupan bermasyarakat lebih damai, aman, tenteram, lebih sejahtera, lebih indah dan harmonis.

Dari segi budaya, Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai tempat bagi masyarakat yang ingin mempelajari budaya daerah lain dan mempererat rasa persaudaraan antar daerah.

Tentunya hal ini juga berlaku bagi orang asing yang ingin mempelajari budaya Indonesia dalam rangka mempromosikan Indonesia sebagai negara majemuk dengan toleransi tinggi di kancah dunia.

Sayangnya, fakta di lapangan tidak selalu berhasil, karena masih sering terjadi diskriminasi budaya dan kebanggaan berlebihan terhadap budaya daerah yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan.

Namun, segala macam konflik dapat diredakan melalui kesadaran diri akan semangat toleransi dan nilai-nilai Pancasila yang dianut selama ini.
Secara etnis, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari pulau Sumatera hingga pulau Papua dengan ciri khasnya masing-masing.

Meski terdiri dari berbagai suku, nyatanya masih banyak suku yang hidup berdampingan dan jauh dari konflik. Ketika konflik muncul atas nama kelompok etnis tertentu, itu tergantung pada masing-masing individu apakah terprovokasi atau tidak dan apakah orang Indonesia mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan mendorong toleransi atau tidak.

Misalnya masyarakat suku Jawa yang merantau ke pulau Kalimantan dapat hidup berdampingan dengan baik dengan suku asli Kalimantan asalkan tidak melanggar aturan yang ada.

Berdasarkan ras, Indonesia terdiri dari Golongan Weddoid (Jambi dan sekitarnya), Golongan Mongoloid (Jawa dan sekitarnya), Golongan Melanesoid Papua (Papua dan sekitarnya), dan Golongan Negroid (Semenanjung Melayu dan Andaman). . pulau). Dari perbedaan ras tersebut, masyarakat Indonesia tetap hidup damai dan sangat sedikit diskriminasi terhadap ras tertentu.

Baca Juga:   Kunci Hidup Lebih Baik Versi The Last Lecture
Baca Juga:   Jangan Melupakan Hari Ibu

Dikatakan demikian, tidak ada yang sempurna dalam kehidupan nyata dan pasti ada hal-hal yang tidak Anda sukai. Namun, selama selalu berusaha berada di jalan yang benar sesuai ajaran nilai-nilai pancasila, maka kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat akan benar-benar terwujud.

Misalnya, orang Jawa berteman baik dengan orang Papua tanpa memandang perbedaan warna kulit, jenis rambut, warna mata, tinggi badan, dan lain-lain.

Selain itu, perbedaan pandangan dan prinsip bangsa Indonesia dapat disatukan dengan tetap menjaga semangat toleransi dan menggunakan kebaikan bersama untuk mewujudkan negara yang lebih baik.

Misalnya, jika ada suatu daerah di Indonesia yang dilanda bencana, banyak masyarakat Indonesia dari berbagai daerah akan menunjukkan rasa kasih sayang dan empatinya dengan berlomba-lomba merelakan tenaga dan waktunya tanpa diminta.

Sebagian dari properti juga disumbangkan untuk kebutuhan mereka yang terkena dampak bencana. Seperti bencana gempa yang baru-baru ini terjadi di Suka bumi dan sekitarnya yang menimpa sisi manusia.

Meninggalkan konflik yang merugikan kedaulatan bangsa, jiwa toleran bangsa Indonesia dan pengamalan nilai-nilai Pancasila yang benar mampu membentuk karakter bangsa menjadi bangsa yang humanis dan realistis.

Penulis: Fadlur Rohman Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Unniversitas MUhammadiyah Malang

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Berita Terbaru

Adblock Detected!

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.