Senin, April 29, 2024
Beranda Sample Page

Sample Page Title

KONTRASTIMES . COM – BLITAR I YAPETA Kabupaten Blitar mengadakan gugur gunung kerja bakti bareng mencari air penghidupan pada Minggu, (10/4/2022) di Dusun Sukomulyo Desa Gadungan Kabupaten Blitar pukul 09.00 pagi.

Ki Tutut Wakil Ketua Pengurus YAPETA Blitar menyampaikan, bahwa dimanapun tempat berada nomer satu adalah air sebagai penghidupan untuk manusia.

” Agenda hari ini adalah kerjabakti gugur gunung mencari air sebagai sumber kehidupan umat manusia.

Nanti setelah air kita temukan maka secara teknis tinggal menata secara praktis. Kalau hari ini penataan belum selesai, maka minggu depan pasukan akan bergerak lagi gugur gunung kerjabakti setiap minggu sekali.

Mengapa setiap minggu kita gugur gunung, karena kami ingin menguak sejarah tentang akhir episode Pejuang Peta Supriyadi.

Rencana kedepan panitia nanti akan menyusun bangunan – bangunan yang sudah kita konsep mengenai sejarah napak tilas Pahlawan Peta Supriyadi.

Semua bangunan nanti berbasis perspektif kebudayaan, bagaimana rumah besar para budayawan di Blitar Raya ini bisa kita kumpulkan disini,” jelas Ki Tutut.

Romo Lukmin selaku Ketua Panitia pembangunan Juga menyampaikan, untuk menuntaskan rencana besar bersama budayawan Blitar Raya, gerakan gugur gunung yang dilakukan panitia ini menurut kami sudah langkah tepat sebagai sarana percepatan menggapai tujuan.

” Kami disini selaku Ketua Panitia napak tilas Supriyadi Pahlawan Peta dan pembangunan Joglo Pamuksan Supriyadi di Candi Gedhang atau Candi Ringin Brojo Blitar.

Progam pertama panitia hari ini adalah membersihkan jalan dulu yang semula dua setengah menjadi enam meter, kemudian diteruskan mencari air sumber penghidupan, karena ini merupakan kebutuhan yang paling pokok.
Yang jelas nanti air bisa tersalurkan melalui pipa menuju Joglo pamuksan Pahlawan Peta Supriyadi.

Yang kedua yaitu menentukan tempat yang pas atau pancer tata letak bangunan Joglo pamuksan bagi pecinta budaya berbasis ritual untuk mendoakan para leluhur.

Yang ketiga sebelum membuat bangunan permanen menurut leluhur harus membangun brak dulu atau bangunan kecil menurut nenek moyang kita dulu.
Baru yang keempat bangunan yang permanen,”terang Romo Lukmin.

Baca Juga:   Polresta Malang Resmi Tahan Pelaku Perusakan Mobil dan Penganiayaan Polisi
Baca Juga:   DIKPORA Magetan Maknai Hardiknas 2022 Dengan Nuansa Berbeda

Dalam kesempatan yang sama Ki Tohanto selaku perancang Joglo pamuksan juga menyampaikan,bahwa semua bangunan nanti tidak lepas dari prasasti Kerajaan Majapahit.

” Jadi nanti konsep Joglo disini mengambil dari konsep Kerajaan Majapahit, karena kita masih leluri putra dari Majapahit.

Versi Majapahit itu cenderung pada elung yang mempunyai arti betapa panjang perjuangan teman – teman YAPETA,teman – teman spiritual yang berada di kawasan Gunung Kelud dan Blitar sekitarnya.

Dan nanti dodok besi kita ambil dari buah Cempaka yang menggambarkan filosofi yang luar biasa dengan ukuran 9X9 persegi dengan kandangan tengah kita ambil 3 meter X 4 meter,” pungkas Ki Tohanto.

(Din/Red)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari kontrastimes.com dan download aplikasi kami, menarik untuk dicoba, setelah di install (klik SKIP pojok kanan atas langsung masuk Berita-berita Ter update) di:

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kontrastimes.indonesia

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Berita Terbaru

Adblock Detected!

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.